banner 468x60

IDNPERS.COM, BENGKULU-Debat ketiga sudah selesai. Agak panas memang. Prabowo “dikeroyok” tanpa perlawanan oleh dua laki-laki tangguh, Anies dan Ganjar. Beberapa pengamat berpendapat begitu.

Sebenarnya tidak begitu-begitu amat. Prabowo sempat juga melawan atau menyerang Anies dengan kata-kata keras bahkan cenderung kasar. Kata Prabowo: “Saya menilai anda tidak berhak bicara soal etik karena anda memberi contoh yang tidak baik soal etik”. Perhatikan kalimat Prabowo itu. Diksi yang dipilihnya “anda”, bukan “bapak” atau “mas” yang lebih sopan.

banner 336x280

Secara umum, Prabowo memang kalah telak pada debat 7 Januari itu. Nampak benar hilang akalnya melayani pertanyaan dan pernyataan Anies dan Ganjar. Tak ada pilihan lain, pasca-debat, taktik playing victim (PV) mulai dimainkan Prabowo dan timnya. Media sosial tidak sekadar penuh, tapi sesak. Disesaki video-video dan foto-foto Prabowo yang sedang memelas serupa mau menangis. Caption-nya, diantaranya begini: Pak Prabowo adalah orang yang paling ikhlas.

Pesan utama yang hendak disampaikan: meskipun dirujak habis-habisan oleh Anies dan Ganjar, Prabowo tidak melawan demi kepentingan bangsa dan negara, demi NKRI. Begitu benarlah citra (sabar dan ikhlas) yang dibangun tim Prabowo demi menarik simpati publik.

Dalam dunia politik kita, taktik PV memang sering menuai hasil bagus. Sudah banyak contohnya. Tidak usahlah saya sebut satu persatu.

Salahkah? Tidak. Dalam politik praktis, itu biasa saja. Mau mempersepsikan diri sebagai korban silakan. Mau berperan sebagai lakon yang membunuh banyak penjahat, juga boleh. Penilai akhirnya tentu tetap rakyat pemegang hak pilih.

Jujur, sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada debat kemarin itu. Pertanyaan dan pernyataan Anies dan Ganjar ke Prabowo biasa-biasa saja dalam forum debat. Salah satunya, Anies mengkonfirmasi Prabowo yang punya lahan Hak Guna Usaha seluas 340.000 Hektar. Jika data Anies salah, Prabowo tinggal menyebutkan data yang benar. Misal, dia bisa bilang tidak punya 340.000 tapi punya 339.000 Hektar. Atau beliau bisa bilang, lahan seluas 340.000 Hektar itu bukan milik pribadinya, tapi milik korporasi yang sebagian sahamnya kepunyaannya.

Prabowo juga sangat berhak membantah Ganjar. Capaian Minimum Essential Force (MEF) Kementerian Pertahanan yang sedang dipimpin Prabowo disebut Ganjar jauh di bawah target bisa dibantahnya dengan mengeluarkan data dari sakunya. Misalnya, dia menyebut capaian MEF Kementerian Pertahanan sudah di angka 80%, bukan 65,49% seperti yang dibilang Ganjar.

Diuji dengan teori apapun, tidak ada yang salah dengan cara berdebat Anies dan Ganjar. Konsekuensi pilihan negara demokrasi kan memang begitu. Debat memang harus saling serang dan ungkit. Yang diserang dan diungkit kebijakan atau aksi lapangan dari kebijakan.

Serangan personal memang tidak boleh. Apalagi terkait pilihan hidup pribadi calon presiden yang tidak berhubungan dengan urusan publik. Misalnya, Anies dan Ganjar tidak boleh mengajukan pertanyaan serupa ini: mengapa Prabowo memilih sayang kepada kuda ketimbang menyayangi yang lain. Itu sangat tidak relevan dan mungkin juga tidak etis bagi sebagian orang.

Malam itu Prabowo kelihatan baper. Emang boleh?Sebenarnya tidak. Beliau calon presiden, bukan calon lurah atau wali nagari. Calon presiden sebuah negara besar yang akan memimpin 273 juta lebih rakyat. Presiden adalah orang nomor satu yang kepadanya rakyat datang minta diselesaikan ragam persoalan yang mereka hadapi. Makanya, kemampuan intelektual, kemampuan mengontrol emosi dan kemampuan berkomunikasi seorang presiden harus di atas rata-rata kemampuan rakyat biasa.

Presiden adalah panglima, dalam banyak bidang. Di bidang pertahanan, presiden adalah panglima tertinggi angkatan perang. Serang katanya, serang. Mundur katanya, mundur. Di bidang hubungan internasional, presiden merupakan panglima tertinggi diplomasi. Beliaulah yang akan memimpin pergaulan antar-negara. Dan lain sebagainya.

Saya yakin, sebagian rakyat sudah cerdas. Rakyat tentu tidak akan memilih calon presiden yang suka baperan. Rakyat tentu akan memilih calon presiden yang bisa mengontrol emosinya, yang punya bekal intelektual mumpuni, yang memiliki kemampuan komunikasi baik. Satu lagi, saya juga yakin, rakyat tidak akan memilih calon presiden yang suka memainkan taktik PV demi segenggam kekuasaan.

Berdoa dan berikhtiarlah kita, pilpres berjalan jujur dan adil agar rakyat mendapatkan hak mereka: presiden yang berkualitas, yaitu presiden yang mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Oleh Miko Kamal), Pdg, 11/1/2024

banner 336x280

Komentar