BENGKULU, PORTALPENA.COM – Isu bencana alam Megathrust ramai berkembang di Indonesia terutama di Provinsi Bengkulu, dengan kekuatan atau magnitude lebih dari delapan hingga berpotensi menimbulkan tsunami.
Hal itu kemudian ramai menjadi perbincangan baik dalam obrolan di warung kopi maupun di media sosial. Disisi lain, Badan Meteorologi, Klimatolgi, dan Geofisika (BMKG) Melalui Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dikutip dari laman resminya, gempa Megathrust bisa terjadi setelah melihat seismic gap di zona Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Bahkan, pihaknya memperkirakan, Megathrust dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal M 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9.
Penyebutan dua zona itu dikarenakan sudah lama tak mengalami gempa atau ada celah seismik, yakni lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar punya siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.
Sementara itu, Provinsi Bengkulu yang berada di antara Selat Mentawai dan tempat pertemuan lempeng aktif Autralia, Indo-Australia dan Sesar Semangko menjadikan Bengkulu masuk dalam ring satu wilayah pemantauan BMKG.
Menanggapi hal itu, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat ditemui seusai acara FGD di Universitas Bengkulu mengimbau, masyarakat Bengkulu menanggapi dengan bijak dan jangan panik serta selalu siaga dalam keadaan apapun.
“Pertama itu fenomena alam masyarakat selalu kita imbau jangan panik dan dalam siaga bencana seperti ini,” kata gubernur Kamis, 23 Agustus 2024.
Lanjut gubernur, dirinya juga mengatakan bencana alam yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT dan masyarakat diimbau juga terus berdoa dan mendekatkan diri kepadaNya.
“Kemudian bagaimana jika masyarakat belum memiliki pengetahuan cukup, pemetaan wilayah-wilayah zona merah sudah kita buat serta pemuda siaga bencana kita. Kemudian bencana alam itu dari Allah SWT., semoga kita dilindungiNya dan berdoa selalu,” tambahnya.
Komentar