Keunikan Produk Perkebunan dan Pertanian Indonesia Dipamerkan di Sidang Majelis Umum ke-65 WIPO

banner 468x60

JENEWA, IDNPERS.COM – Dengan tema “Experience the Premium Quality of Indonesia’s Geographical Indication Agricultural Product,” Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) memamerkan produk indikasi geografis (IG) pertanian dan perkebunan pada Senin, 15 Juli 2024.

Pameran yang diselenggarakan di Lobby World Intellectual Property Organization (WIPO) Saloon Apollon ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Sidang Majelis Umum ke-65 WIPO di Jenewa, Swiss. Pameran ini berlangsung dari tanggal 9 hingga 17 Juli 2024 dan menampilkan 138 Produk IG khas Indonesia.

banner 336x280

Indonesia sendiri memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan beragam, termasuk produk-produk perkebunan dan pertanian yang memiliki keunikan dan kualitas unggul. Pameran ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk memperkenalkan produk-produk tersebut kepada dunia internasional. Produk seperti Teh Java Preanger, Bareh Solok, dan banyak lainnya memiliki potensi besar untuk dikenal dan dihargai di pasar global.

“IG bukan hanya sekadar label, tetapi juga sebuah pengakuan atas kualitas dan keunikan produk yang dihasilkan oleh komunitas lokal. Ini memberikan nilai tambah yang signifikan bagi produk-produk kita dan membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi petani dan produsen lokal,” ujar Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Min Usihen.

Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap produk-produk IG Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, DJKI juga berharap dapat menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan organisasi internasional, untuk memperkuat pelindungan dan promosi produk-produk tersebut.

“Dengan adanya pengakuan dan pelindungan yang lebih baik, produk-produk ini tidak hanya akan mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi, tetapi juga akan membantu melestarikan tradisi dan pengetahuan lokal yang sudah ada selama berabad-abad,” ucap Min.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, juga turut berpartisipasi dalam kegiatan yang berlangsung. Kedatangan Menparekraf ini dilatarbelakangi oleh adanya projek mengenai kekayaan intelektual (KI) komunal antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan WIPO pada tahun 2023.

Pada tahun tersebut, dua merek asal Bali, yaitu Bali Craft dan Bali Spa, didorong sebagai percontohan merek kolektif di Indonesia, sehingga ke depannya setiap daerah hanya perlu memiliki satu merek saja dengan mempertahankan kualitasnya sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

“Saya senang sekali dengan kegiatan pameran ini dan mengapresiasi rekan-rekan dari DJKI yang telah memperkenalkan produk-produk lokal dari Indonesia. Harapannya, dengan kegiatan ini, ke depannya para wisatawan yang datang ke Indonesia tidak hanya berkunjung untuk menikmati keindahan alamnya saja, tetapi juga membawa buah tangan dari para pengrajin atau petani lokal,” harap Sandiaga.

Selain itu, dengan diperkenalkannya produk-produk ini, dia juga berharap para pengunjung yang awalnya hanya mengenal Bali sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia, juga mengenal daerah-daerah lainnya yang produknya dipamerkan dalam pameran tersebut.

“Dengan diperkenalkannya produk-produk tersebut, harapannya juga membuka wawasan para pengunjung tentang daerah-daerah di Indonesia yang memiliki produk-produk lokal berkualitas. Selain bisa dijadikan sebagai buah tangan bagi para wisatawan, hal tersebut juga bisa berdampak bagi para Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia,” pungkas Sandiaga.

Selain melakukan kunjungan dalam kegiatan pameran, Menparekraf bersama dengan DJKI dan WIPO juga mengadakan pertemuan. Dalam kesempatan tersebut turut hadir Direktur Jenderal WIPO, Direktur Kerja Sama dan Edukasi DJKI, beserta para delegasi dan perwakilan dari WIPO.

Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Bengkulu, Santosa, mendukung penuh kegiatan pameran ini. Pengakuan atas produk IG memberikan nilai tambah yang signifikan bagi komunitas lokal, karena setiap produk membawa cerita dan keunikan yang hanya bisa ditemukan di daerah asalnya. Hal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi, tetapi juga pada pelestarian tradisi dan pengetahuan lokal yang sangat berharga.

Sebagai informasi, Produk Indikasi Geografis dari Provinsi Bengkulu seperti Batik Besurek, Kopi Robusta Kepahiang, Kopi Robusta Rejang Lebong, Jeruk Kalamansi Bengkulu Tengah, dan Tenun Bumpak Seluma turut serta dipamerkan dan diperkenalkan pada Sidang Majelis Umum ke-65 Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) di Jenewa, Swiss.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar