BENGKULU, PORTALPENA.COM – Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat PP Asiyiyah menyelenggarakan seminar sosialisasi gizi yang menyasar kader wilayah Bengkulu. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan menjangkau sekitar 100 kader. Dalam acara ini, mereka mengadakan sosialisasi mengenai Pencegahan Stunting, Edukasi Gizi dan Larangan Penggunaan Kental Manis Pada Balita.
Menurut Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, data awal yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh YAICI, 3 dari 5 balita yang terkena stunting ternyata terbukti mengonsumsi kental manis. “Kental manis tidak bisa menggantikan susu formula, apalagi ASI,” tegas Arif, usai saat konfrensi pers di kampus 4 Muhamadiyah Provinsi Bengkulu, Rabu (25/09).
Selain itu, Arif hidayat menyoroti persepsi dikalangan masyarakat yang beranggapan bahwa kental manis ini sebagai susu.
“Dari temuan kita di lapangan, kental manis ini berkolerasi positif dengan kejadian stunting. Selama ini banyak beranggapan bahwa stunting itu karena faktor ekonomi dan lingkungan, padahal dari temuan kita di lapangan literasi yang rendah dan polah asuh yang salah juga penyebab stunting, ” ujar Arif.
Senada dengan itu, Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, dr. Warsiti, S. Kep. Mengatakan kegiatan ini sangat diperlukan mengingat masih banyaknya orang tua yang kurang memahami penyebab utama stunting, termasuk dampak buruk konsumsi kental manis pada balita. “Dari hasil penelitian kami di berbagai daerah di Indonesia, balita yang diberikan kental manis memiliki risiko stunting yang lebih tinggi,” jelasnya.
Warsiti menambahkan, konsumsi kental manis dapat mengurangi nafsu makan balita, yang kemudian berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.
“Kandungan gula yang tinggi dalam kental manis menurunkan nafsu makan anak, sehingga mereka kekurangan gizi, protein, dan nutrisi penting lainnya. Akibatnya, risiko terjadinya stunting meningkat secara signifikan,” tambahnya.
Ia juga menyoroti kesalahpahaman di kalangan masyarakat yang sering beranggapan kental manis sebagai pengganti susu formula atau ASI, terutama karena harganya yang lebih terjangkau dan disukai balita.
“Kami berharap kader Aisyiyah bisa terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting, terutama dalam hal memberikan informasi yang benar mengenai penggunaan kental manis pada balita,” Sampai Warsiti.
Adapun pemateri dari kegiatan tersebut, Ir. Wisma Lindarita, Ketua Majelis Kesehatan Bengkulu, Eva Oktavidiati, Ahli Gizi Asiyiyah Bengkulu, Bintang Agustina Pratiwi.
Komentar